The Hierarchy of Effects Model.

The Hierarchy of Effects Model. - Hallo sahabat Belajar Bisnis Online , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul The Hierarchy of Effects Model. , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Motivasi , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : The Hierarchy of Effects Model.
link : The Hierarchy of Effects Model.

Baca juga


The Hierarchy of Effects Model.

Assalamu"alaikum
Image result for hierarchy of effects modelsaya mau kenalan dulu ya
Sawah dibajak tuk tanam padi
Padi menguning siap dipanen
perkenalkan nama saya herman wahyudi
biasa dipanggil dengan bang beken
:clap::clap::clap::clap::clap::clap:
saya diminta sharing, hanya sekedar yang bisa aja disharing, padahal ilmunya cuma sedikit
ada yang sesuatu yang menakutkan, mungkin bos-bos semua merasakannya juga
Saya Takut Ama Sales
Saya takut klo orang ga dikenal bawa kertas atau brosur
takut terhadap beberapa toko tertentu, klo masuk langsung dibuntuti ama sales atau SPG
tapi ada toko2 yang membuat saya nyaman, ujung-ujung toko menjadi lebih lengkung dan yang berujung runcing sudah diperhalus akan lebih bisa menarik otak untuk berbelanja
susunan rak produk pun tertata rapih
tetapi menjadi masalah ketika saya harus mencari madu misalnya..
[Photo]
ketika anda melihat kesamaan madui. Sama ukurannya, warna, dan gambar grafiknya. Ketika menghadapi yang serba sama ini, otak kita akan mencari perbedaan.
Jika kita tidak bisa menemukan variasi, kita akan menganggap semuanya sama, tidak peduli merk atau kemasan dari produk yang berbeda-beda. Ini pula yang mengakibatkan kita tidak bisa melihat pohon-pohonnya ketika kita melihat hutan.
Otak suka melihat sumber dari produk yang ada di dalam kemasan. Otak kita menghargai gambar sapi yang ada pada produk susu, dan gambar buah pada botol-botol selai
Jangan paksa orang membeli, maksudnya apa ?
saya mau menyampaikan sesuatu yang mendasar dalam menjual
sebagaimana saya yang takut dengan yang namanya penjual, sales, spg, atau istilah lainnya.. karena apa ujung maksa membeli produknya
Di TV ada iklan, Di Hp ada Iklan, dengar radio ada iklan, dijalan2 ada iklan.. semua hidup penuh iklan..
jadi iklan itu sungguh membosankan, wajar saja setiap iklan TV ganti Channel, begitu pula di radio, setiap lihat status iklan jualan teman, langsung di scrol..
Bagaimana dong mensiasati konsumen yang sudah bosan dengan iklan.. makanya kita belajar tahapannya dulu ya
[Photo]
Di tahun 1961, dua orang jagoan marketing yang bernama Robert J
Lavidge dan Gary A Steiner, menciptakan sebuah model yang
mereka sebut dengan The Hierarchy of Effects Model.

Menurut mereka, ada 6 fase yang dilewati banyak orang ketika
akhirnya memutuskan membeli sesuatu.
[Photo]
kita lihat dulu 3 levelnya ya
Think, Feel dan Do
pada hakikatnya kita hanya mampu mempengaruhi orang lain hanya pada tahap pikiran mereka
jadi pintu masuk iklan kita ada di pikiran mereka
klo pikiran sadar konsumen menolak sia sia lah iklan kita, sebagus apapun, semahal apapun iklan kita
Pikiran sadar kita hanya berkontribusi sekitar 5% terhadap keputusan yang kita ambil dalam hidup termasuk membeli sesuatu. Pikiran bawah sadar yang membuat 95% keputusan bagi kita. contoh ibu-ibu secara sadar sudah mencatat daftar belanja, tapi pas sudah di supermarket bisa 180 % berubah daftar itu
mumung diskon, mumpung beli 1 gratis 1 dst.. menyesal kemudian
:joy::joy::joy:
Melihat fakta ini, perusahaan-perusahaan besar dan canggih menerapkan berbagai kemajuan mutakhir di bidang neuroscience untuk membangun brands, menciptakan produk, desain kemasan, marketing campaigns, store environments, dan lebih banyak lagi. Kesemuanya itu dirancang untuk secara kuat menarik dan mempengaruhi pikiran kita.
lalu tahapan pada Think itu berdasarkan hirarki diatas ada 2
[Photo]
Awareness : Nyadar
banyak iklan setiap hari ; di TV, di jalanan, atau di
social media, sampai Wa aja dapet BC iklan
mungkin diawal adanya TV, iklan efektif, karena masih banyak orang yang belum pernah lihat iklan, tidak merasa dibohongi
tantangan bagi kita sebagai pebisnis agar iklan kita mendapatkan perhatian dari orang lain diantara iklan2 yang lain dan iklan dilihat si calon customer ini benar-benar menancap di subconsious mind (pikiran bawah sadar) calon customer.

Iklan ini harus benar-benar berkesan, dan sekali publish langsung
jlebbb ke pikiran calon customer
Knowledge : Ngerti
Semakin paham si penjual tentang produknya, semakin mudah ia
mengedukasi calon customer. Di akhir, biasanya sebagian calon
customer yang penuh pertimbangan ketika ingin membeli sesuatu,
memerlukan "strong why", kenapa ia perlu membeli produk itu? Apa
pentingnya produk itu buat dia?
Kenapa produk itu, kenapa tidak yang lain? dan pertanyaan sejenis
lainnya.
Semakin baik cara kita mengedukasi calon customer di level ini,
semakin besar peluang untuk naik ke tangga selanjutnya
[Photo]
Liking : Seneng
inilah level ke 2 Feel, kita baru bisa memasuki alam bawah sadar konsumen kita, ketika iklan kita disukai, maka pesan dari iklan bisa masuk.. tapi hati2 suka belum tentu cinta #apaan sih
dan cinta tidak mesti memiliki
tambah lebay
maksudnya begini orang yang sudah suka iklan kita, udah kasih jempol belom tentu kasih isi dompetnya
Preference: Naksir
klo sudah naksir biasanya konsumen cari kelebihan2 yang lainnya.. bagus ya, murah lagi, yang jual ramah lagi, dll..nah ini potensi closing tambah besar
Conviction: Yakin
banyak perusahaan untuk meningkatkan keyakinan konsumen, dengan memberikan pasilitas test drive, tester, silahkan nginep gratis dirumah yang mau dibeli dll
fungsinya untuk semakin meyakinkan customer
untuk membeli
[Photo]
setelah yakin baru mereka, mau membeli
jadi klo kita diawal beriklan sudah memerintahkan membeli, emang situ siapa.. Feel dan Do adalah Otoritas konsumen, kita hanya mampu mempengaruhi di Pikiran mereka..

di Fb pun demikian tidak mesti kata2 jualan atau meminta mereka order atau beli tapi bisa closing
[Photo]
Demikian dan terima kasih
Tugas kita sebagai penjual yang beriklan, adalah menyesuaikan iklan
kita dengan level-level di atas, klo kita belum dikenal sebagai penjual produk maka kita harus iklan awareness dulu dong..
mhn maaf jika ada yang tidak berkenan.. terima kasih atas waktu yang diberikan..


Demikianlah Artikel The Hierarchy of Effects Model.

Sekianlah artikel The Hierarchy of Effects Model. kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel The Hierarchy of Effects Model. dengan alamat link https://waktunyaberbisnisonline.blogspot.com/2016/05/the-hierarchy-of-effects-model.html