Kita, Manusia "Penjual" Tuhan

Kita, Manusia "Penjual" Tuhan - Hallo sahabat Belajar Bisnis Online , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kita, Manusia "Penjual" Tuhan , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel ahok , Artikel berita , Artikel Bisnis , Artikel inspirasi , Artikel marketing , Artikel Motivasi , Artikel spiritual , Artikel sukses , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kita, Manusia "Penjual" Tuhan
link : Kita, Manusia "Penjual" Tuhan

Baca juga


Kita, Manusia "Penjual" Tuhan

Kotori LoveLive (Sunrise)
Mendekati Pilgub Jakarta, dinding sosmed Anda jelas makin dipenuhi berita-berita politik. Dengan input dan proses yang benar, berita tersebut bisa jadi informasi yang berguna. Sebaliknya, akan menjadi sampah atau hoax. Faktanya, justru kuantitas berita sampah tersebut lebih mendominasi dinding sosmed kita dengan topik seputar SARA, utamanya agama. Sejak Ahok jadi gubernur Jakarta, isu-isu yang beredar konsisten seputar hal tersebut, lepas dari kontribusi yang beliau berikan buat Jakarta. 

Saya bukan fans Ahok, juga bukan pembenci. Saya ingin mengajak Anda untuk berpikir sejenak tentang sebuah pola dekonstruksi yang terjadi di negeri ini. Mengapa isu utama yang diangkat untuk "menyerang" Ahok selalu isu seputar agama? Bukan masalah jenis kelamin, rapor kinerja masa lalu, status ekonomi, atau atribut demografi lain? Jelas ada yang menarik dari aspek agama.

Agama merupakan "tata cara" pencarian manusia kepada Tuhan. Dengan kata lain, agama merupakan media spiritual. Dalam kajian Wilber tentang The Great Nest of Human Being, disebutkan manusia utuh terdiri dari 4 dimensi, yaitu tubuh, pikiran, jiwa, dan roh (spirit). Spirit merupakan elemen utama yang menggerakkan segalanya. Manusia akan melakukan apa saja demi dorongan spiritual. LoveLive, merupakan salah satu anime idol group sukses besar di Jepang dan di beberapa negara Asia lain. Menariknya, LoveLive mampu membangun fans, bahkan umat yang super loyal. Di beberapa tempat main arcade Jepang misalnya telah menyediakan tempat "pemujaan" tokoh-tokoh LoveLive. Bahkan tahun lalu di Cina saat kereta bawah tanah bergambar tokoh LoveLive diresmikan, tak sungkan para fans menunggu kedatangan kereta dan bersujud di sana. Mereka menganggap para tokoh anime itu "tuhan" mereka. Ya memang, secara logika mereka tidak waras. Dalam konteks lain terjadi pada fans produk ternama seperti Apple atau Harley Davidson yang mampu membentuk spiritual fans dengan tingkat loyalitas terparah, cult loyalty. 

Dari kasus singkat di atas mungkin Anda sudah mulai bisa menjawab, mengapa isu agama lebih menarik dibakar daripada isu lain? 

Benar, ketika bicara topik spiritual, khususnya agama, manusia cenderung tidak lagi memakai pikiran logisnya, bahkan perasaan takut, sungkan, atau empati. Mereka mudah sensitif dan marah ketika apa yang mereka yakini benar disinggung atau dicaci, walaupun istilah spiritualitas tidak sepenuhnya sama dengan agama. Jadi, memang benar lebih mudah menggerakkan manusia dengan mengangkat isu spiritual (agama) daripada isu lain. Mereka tidak pikir panjang dan cepat bergerak, atau menggunakan jalan pikiran tipe I (dalam konsep kerangka pikiran menurut Kahneman). 

Jelas sudah kenapa isu agama menjadi senjata ampuh para elit potik untuk menggoncang dan menggagalkan suksesi calon gubernur Ahok. Sesuatu yang diyakini benar dan berhubungan dengan keTuhanan selalu akan menjadi strategi yang efektif untuk memobilisasi manusia. Mereka akan mudah tersulut emosi dan menjadi rendah logika ketika dipancing dengan pembenaran-pembenaran berbasis ajaran agama. Manusia akan melakukan apa saja, bahkan ekstrimnya tanpa perhitungan logis yang matang. Sebaliknya, ketika manusia bersandar penuh pada logika, maka mereka akan mengingkari fenomena spiritual.

Pribadi, saya tidak yakin bahwa oknum pencipta "teror" seputar politik adalah orang-orang yang memiliki tingkat spiritualitas yang baik, karena spiritualitas merupakan sesuatu yang jauh melampaui ikatan atribut agama, tentang hubungan pribadi manusia dengan Sang Penciptanya, serta menifestasi dalam tindakan kasih atas segala ciptaanNya, termasuk manusia lain dan alam. Mereka (oknum provokator) hanya "pedagang" yang kreatif, menjual nama "Tuhan" untuk traffic, kekuasaan, dan urusan perut segelintir orang. Jika direnungkan, sejak dahulu hingga masa kini, (nama) Tuhan memang sudah diperjualbelikan dengan cara dan konteks yang berbeda. Dan, sebagian besar bisnis yang mengatasnamakan "tuhan" begitu diminati dan mendatangkan profit besar. Betapa rendahnya kita. 

Save NKRI, Semoga bermanfaat!


Temukan ulasan dan kasus bisnis dan marketing berbasis spiritualitas lainnya di buku terbaru saya, Exist or Extinct (klik disini untuk ulasannya).



















Demikianlah Artikel Kita, Manusia "Penjual" Tuhan

Sekianlah artikel Kita, Manusia "Penjual" Tuhan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kita, Manusia "Penjual" Tuhan dengan alamat link https://waktunyaberbisnisonline.blogspot.com/2016/10/kita-manusia-tuhan.html