Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1

Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1 - Hallo sahabat Belajar Bisnis Online , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1 , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel disruption , Artikel disruptive , Artikel dosen , Artikel guru , Artikel inspirasi , Artikel Motivasi , Artikel motivation , Artikel school , Artikel success , Artikel sukses , Artikel university , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1
link : Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1

Baca juga


Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1

pic:marketingmag
"Kemajuan teknologi pembelajaran yang makin hebat berbanding terbalik dengan pertumbuhan dan kemampuan survival sekolah-sekolah. Artinya, di masa depan, akan banyak sekolah-sekolah yang akan mengalami kemerosotan, penurunan jumlah murid potensial hingga kondisi terburuk, tutup. Saat itu, sekolah bukan lagi satu-satunya pilihan orang tua agar anaknya sukses di masa depan."

Suatu ketika saya bertanya kepada peserta seminar yang sebagian besar adalah pendidik, "Siapa pesaing sekolah Anda?" Berbagai merk sekolah nasional disebutkan. Jawaban yang wajar bahwa logikanya pesaing sekolah adalah sekolah lain. Ini adalah paradigma pemikir industrial yang cenderung linear. Pengusaha kuliner bersaing dengan pengusaha kuliner lain, pabrik mobil bersaing dengan pabrik mobil lain. Perspektif industrial berkembang sejak era tahun 70 hingga 90an dengan segudang asumsi klasik yang mendasarinya. Jika Anda termasuk pemikir demikian, cubit keras pipi Anda dan bangun! Ini sudah tahun 2017. 

Rita McGrath di dalam buku kritis, The End of Competitive Advantage memaparkan saat ini kita tidak lagi hidup dalam era industri, dimana persaingan bisnis bersifat linier. Kita sedang hidup dalam era arena. Era Arena ditandai dengan peta persaingan yang tidak lagi linier, namun lebih bersifat nonlinier. Contohnya, jasa travel darat sedang bersaing dengan jasa penerbangan. Starbucks bisa menjadi pesaing penyedia layanan virtual office. Kalangan tertentu lebih memilih bertemu dengan partner kerja atau klien di cafe ketimbang harus bayar biaya tetap periodik untuk sewa tempat. Mereka cukup membeli segelas kopi dan berlama-lama di sana dengan suasana lebih cozy dan berkelas. Penjual tiket-tiket konser musisi ternama bisa sedang bersaing dengan channel-channel Youtube yang serba gratis. Era arena memungkinkan jago karate bertarung melawan jago pencak silat, tinju, atau sumo, layaknya UFC.

Dalam perspektif arena, siapa pesaing sekolah?
Salah satunya, kursus online. Jutaan tawaran kursus online bisa kita temukan di internet, dari lembaga newbie hingga kelas dunia seperti Harvard telah menyediakan online learning, jasa seminar dan workshop online. Kita tidak perlu ke luar negeri untuk mencari ilmu, segalanya dapat dilakukan dari rumah. Bahkan sertifikat digital dapat dikirimkan via email. 

Pesaing besar yang paling diwaspadai adalah Google! Google menyediakan pintu menuju ilmu tak terbatas. Hanya dengan mengetik kata kunci, kita dapat berpetualang mencari pengetahuan apapun. Pikirkan saja, seberapa hebat pengetahuan seorang guru atau dosen dibanding mbah Google? Sangat jelas, ketika sekolah hanya menjadi tempat transfer ilmu, pada saatnya nanti akan ditinggalkan. Untuk mencari jawaban pertanyaan guru dan menyelesaikan tugas sekolah, cukup googling saja. Jika demikian, apa yang menjadi dasar kuat pasar akan memilih belajar di lembaga pendidikan tradisional beberapa puluh tahun nanti? Ijazah? Mungkin ya, mungkin tidak lagi. 

Sejalan hipotesis tersebut, tren Generasi Y dan mendatang menunjukkan makin besar harapan mereka untuk memiliki bisnis sendiri, dan tidak lagi tergantung pada ijazah. Kauffman Foundation mengungkap 46% dari mereka ingin jadi pengusaha. Dari survey yang dilakukan Careerplug, ditemukan pula bahwa 63% dari karyawan generasi Y bekerja sambil menjalankan usaha sampingannya. Pertanyaan yang sama, masihkah suatu saat nanti sekolah masih menjadi satu-satunya jalan yang dipilih oleh generasi masa depan? 

Sekolah tradisional akan terdisrupsi oleh teknologi, satu-persatu akan tergerus dari arena. Sekarang kita mengenal internet dan Google sebagai media disruptor terbesar. 10, 20, 30 tahun lagi jelas akan muncul para disruptor yang jauh lebih powerfull. Tidak ada yang mampu membendung disruptor. Kita hanya bisa berusaha berdamai dengan mereka. 

Apa yang seharusnya dilakukan oleh dunia pendidikan?

(bersambung)



Demikianlah Artikel Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1

Sekianlah artikel Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Dunia Pendidikan yang Sedang Terdisrupsi dan Perlahan Mati-1 dengan alamat link https://waktunyaberbisnisonline.blogspot.com/2017/03/dunia-pendidikan-yang-sedang.html