Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story

Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story - Hallo sahabat Belajar Bisnis Online , Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Bisnis , yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story
link : Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story

Baca juga


Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story

Hasil gambar untuk Islamic Entrepreneurship

Javara Heliati Hilman, CEO & Founder Javara Indonesia, meyakini bahwa kalangan menengah-atas Indonesia tertarik dengan produk yang alami dan sehat. Ia menampung berbagai varian beras langka, seperti Menthik Susu, Cempo Merah, Jenggot Netep, Wangi Menyan dan Andel Abang. Ongkos produksi yang tinggi karena kelangkaannya, membuat harganya dibandrol 2-3 kali lipat harga beras massal umumnya. Namun, ternyata perkiraannya salah. Ia bahkan terlilit utang kartu kredit hingga Rp300 juta. Namun ia tak patah arang. Sejak tahun 2011, target pasar diubah dari pasar dalam negeri menjadi fokus pada pasar ekspor. Ia juga giat mengikuti berbagai pameran produk organik di mancanegara, seperti Biofach, SIAL Paris, dan SIAL Kanada.

Hasil gambar untuk Javara

Tujuan utama ekspornya, antara lain, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Italia, Jerman, dan negara Eropa lainnya, yang ia lakukan hingga sekarang. Adapun pasar dalam negeri dapat diperoleh di supermarket kelas atas, seperti Ranch Market dan Kem Chicks. Ia pun kerap mengajak petani ke berbagai pameran di luar negeri.

Selain beras, kini Javara menambah varian produknya, mencakup: kacang hijau, rempah-rempah, madu, garam, gula aren, kacang mete, virgin coconut oil, dan sebagainnya. Hingga kini, ada 640 varian produk yang diproduksi dengan bantuan 50 ribu petani mitra. Untuk memudahkan pengawasan kualitas tanam, hasil tanam, serta pengemasannya, Javara membina 100 perusahaan mitra. Agar memudahkan pemasaran ke luar negeri, Helianti menguji coba aneka makanan baru, khususnya makanan barat dengan rampah asli Indonesia. Salah satunya adalah penggunaan kemiri dalam saus pasto.

Menurutnya, kunci agar produknya diterima di pasar luar negeri adalah inovasi dan pemahaman karakter pasar dengan baik. Strategi pemasaran dengan segmentasi kelas menengah atas serta pasar luar negeri mengindikasikan strategi yang digunakan Javara dalam menentukan target pasar yaitu konsentrasi segmen tunggal. Pola tersebut, menurut Kotler (2003), memiliki kekuatan pada persepsi konsumen namun juga beresiko pada jenuhnya konsumen akan produk bila tidak menawarkan inovasi dan tidak dapat menangkap kebutuhan pasar.

Kunci bisnis Javara adalah inovasi yang definisi sederhananya adalah: “ide baru, cara baru ataupun metode baru.” Inovasi produk terlihat dari bagaimana produk ini dapat menempatkan diri di-positioning yang berbeda dari yang biasa ada, lebih enak dari rasa produk biasa, kemasan yang berbeda, kandungan gizi yang lebih kaya, atau bisa juga produk yang memiliki fungsi yang lebih luas dari yang selama ini ada. Inovasi bisa di level proses, pelayanan, teknologi, variasi produk, kemasan ataupun model bisnis yang tersedia di pasar. Inovasi tidak terlepas daripada entrepreneurship yang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi yang tidak lagi bebasis akumulasi modal tapi lebih kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tahun 1970, pemenang Nobel, Milton Friedman, mengatakan di New York Times, bahwa sebuah perusahaan harus memiliki tujuan menciptakan keuntungan untuk pemegang sahamnya, dan perusahaan yang mengejar misi lainnya tidak akan kompetitif yang pada akhirnya menghasilkan keuntungan yang sedikit bagi pemegang saham, karyawan dan pekerja maupun masyarakat luas. Waktu berjalan cepat, dunia berubah, pandangan penerima nobel pun berbeda dalam memandang ekonomi. Professor Business School, David Ahlstrom, menegaskan bahwa: “the main goal of business is to develop new and innovative goods and services that generate economic growth while delivering benefits to society.”

Terlihat di sini, bahwa era neoclassical economics yang salah satunya diusung oleh Friedman, di mana lebih fokus pada market price signals dalam menggunakan sumber daya yang terbatas (scarce resources), telah berganti menjadi innovation economics yang dipopulerkan oleh Ahlstrom, di mana fokus pada innovative capacity dalam menciptakan dan menghasilkan produk, business model dan proses yang lebih efektif. Era new classical economics tingkat pertumbuhan ekonomi diciptakan melalui faktor produksi berupa modal (capital) dan tenaga kerja (labor). Sedangkan di era innovation economics, tingkat pertumbuhan ekonomi bergantung pada knowledge/technology melalui research and development (R&D) serta patent.

Kunci sukses : Inovasi dan pemahaman pasar yang baik

Rekan Usaha Mikro Anda (Ruma)
Dengan satu tas, tenda kecil, dan sepeda motor, Aldi Haryopratomo berkeliling Indonesia dan Vietnam mengendarai sepeda motor. Berbekal pengalaman di tahun 2007, Aldi melihat bagaimana pinjaman mikro dapat memperbaiki hidup jutaan orang miskin di dua negara tersebut. Selama dalam perjalanan, Aldi mencari tahu cara terbaik untuk memberikan pinjaman kepada orang-orang yang membutuhkan. Ketika itu, dirinya bekerja di Kiva, perusahaan keuangan mikro di Amerika Serikat. Namun, perjalanannya itu menginspirasinya untuk memulai bisnis sendiri pada 2009. Rekan Usaha

Mikro Anda (Ruma) kini memiliki 30 ribu perwakilan usaha di seluruh Indonesia, lewat penggunaan aplikasi pada smartphone, penggunanya bisa membayar listrik, membayar pinjaman, dan mengecek lowongan pekerjaan. Perwakilan usaha atau agen mereka biasanya adalah pemilik warung di pedesaan. Ruma memperkerjakan 512 orang, dengan 2/3 karyawannya berada di lapangan untuk bertemu para agen, dan 1/3-nya bekerja dari kantor pusat di Jakarta. Menurut Aldi, para stafnya lah yang paling berperan dalam kesuksesan perusahaan. Ia pun menyarankan agar berkumpul dan berjejaring dengan orang-orang yang memiliki hal bermakna dan mempunyai visi yang sama.

Edwin Locke dalam Theory of Task Motivation and Incentives (1968) menegaskan pentingnya sebuah tujuan dalam menjelaskan sebuah bisnis, di mana tujuan yang jelas dan memiliki ekspektasi tinggi akan meningkatkan performa karyawan yang bekerja di suatu bisnis. Sebagai bisnis sosial, Ruma menyosialisasikan tujuan untuk membantu jutaan orang miskin sebagai tujuan yang mulia dan akhirnya mendorong performa para stafnya untuk menyelesaikan kegiatan bisnis. Microfinance merupakah salah satu cara untuk memberdayakan rakyat miskin agar mau memulai berusaha dengan bantuan dana mikro dan capacity building yang akan menjadi motivasi dan harapan bagi mereka bahwa ada masa depan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Tidak mudah memang, memotivasi keluarga miskin untuk mau belajar berusaha daripada menjadi pengemis di jalan-jalan yang sekarang ini marak dilakukan dengan alasan kemiskinan.

Kunci kesuksesan Ruma yaitu baiknya mengelola sumber daya manusia, khususnya memberikan motivasi-motivasi untuk membantu orang lain melalui kontribusi mereka.

Pondok Al-Ittifaq Ciburial
Pondok Pesantren Al-Ittifaq berbeda dengan pesantren modern atau tradisional pada umumnya. Pesantren yang dipimpin Kiai Haji Fuad Affandi ini berada di Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Adalah Mang Haji, sapaan Fuad Affandi, yang mengubah pesantren tradisional, dari yang hanya mengajarkan agama Islam menjadi pesantren yang juga mengajarkan kemandirian dan keterampilan lainnya, khususnya pertanian. Fuad belajar bertani dari orang tuanya dan Balai Penelitian Sayur Lembang, Bandung. Pada awalnya, ia dan para santrinya menanam sepuluh jenis sayur di lahan seluas 5 tumbak atau sekitar 70 m2 .

Kini, pondok pesantrennya memiliki 14 hektar lahan dengan 132 macam sayuran organik dan semi-organik yang dikelola oleh 326 santri, serta para petani yang dikembangkan untuk menjalankan usaha serupa, yaitu sayuran organik. Bersama-sama mereka memasok tiga ton sayur setiap harinya ke pasar swalayan, restoran, hotel, dan rumah sakit di Bandung serta Jakarta. Menurut Zaenal Arifin, cucu Mang Haji, para santri diajarkan untuk menjaga pasokan ke pasar modern dengan menerapkan 3-K, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Maksudnya, produk yang dihasilkan dapat memenuhi pesanan pelanggan sesuai dengan jumlah permintaan, mengantisipasi jumlah pasokan dan terus menerus memasoknya.

Mang Haji menerapkan tiga moto, yaitu jangan sampai ada sejengkal tanah yang tidur, jangan sampai ada sedikit waktu yang menganggur dan ada sampah yang “ngawur”. Maksudnya, di mana ada lahan kosong, dicoba untuk ditanami sayuran, sehingga tidak sia-sia. Dinamika bisnis dalam pesantren Al-Ittifaq sesuai dengan prinsip lima pilar dalam Total Quality Management (TQM) sebagaimana dijelaskan oleh Bill Creech (1996), yaitu: 1) Produk, 2) Proses, 3) Organisasi, 4) Pemimpin, 5) Komitmen. Kepercayaan konsumen akan produk yang dihasilkan pesantren pun mengindikasikan konsistensi pesantren terhadap kualitas produk hingga dapat diterima oleh pasar swalayan dan hotel yang cenderung memiliki standar mutu tinggi

Kunci sukses: metode pemasaran yang dilakukan secara langsung ke toko swalayan tanpa melalui perantara atau bandar serta komitmen yang kuat dalam menajaga kualitas produk.

Pelangi Nusantara
Noor Suyanti, 41 tahun, pendiri dari Pelangi Nusantara yakni komunitas perempuan yang mengolah kain sisa atau kain perca menjadi beragam kerajinan. Sebelum mendirikan Pelangi Nusantara, Noor Suyanti sempat menekuni berbagai usaha setelah lulus dari Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya, tahun 2001.
Beberapa usaha yang digeluti, antara lain, memproduksi mukena, busana, sarung bantal, taplak meja, dan lain-lain. Di Malang, Pandaan, dan Pasuruan banyak terdapat usaha konveksi, sehingga banyak sisa kain perca. Sementara, kaum perempuan di wilayahnya banyak yang tak bekerja, menikah muda, dan pendidikan yang rendah. Timbulah ide Noor Suyanti untuk memberdayakan kaum perempuan di wilayahnya. Pada tahun 2008, Noor Suyanti membina kaum perempuan untuk mengelola kain perca. Pada tahun 2011, didirikanlah komunitas Pelangi Nusantara yang membina lebih dari 10 kelompok dengan jumlah anggota 150 orang.
Masing masing kelompok mempunyai tugas pekerjaan berbeda-beda, sesuai dengan keterampilannya. Kain perca diolah dengan teknik anyaman, dengan berbagai aksesoris maupun kain polos, sehingga menarik dan dibuat dengan kualitas ekspor. Adanya pasar bebas ASEAN, menjadikan produk luar pun bebas masuk, dan saingan utamanya adalah produk dari Thailand. Karena itu, ia berusaha menggaungkan pemakaian produk dalam negeri.

Dari hasil pembinaannya ini, ternyata dapat meningkatkan wawasan dan pendapatan kaum perempuan di daerahnya. Ibu Noor telah mencoba masuk ke pasar baru (new market entrants) yaitu ekspor, yang ternyata juga tidak mudah. Produk mukena sangat terbatas pasarnya, karena berhubungan dengan masyarakat muslim saja dan itu hanya terbesar di dalam negeri, Malaysia, sedikit sekali di Singapura, Thailand, dan negara ASEAN lainnya (buyer power). Tidak mudah juga menciptakan pasar, karena biasanya kebiasaan sholat di suatu lingkungan budaya dan negara berbeda-beda.

Sementara, yang mengenakan mukena hanyalah muslim Indonesia dan Malaysia. Di beberapa negara, terutama timur tengah, mereka menggunakan abaya untuk sholat sehingga agak sulit berharap mukena mendapat pasar di mancanegara. Karena itu, haruslah diperhatikan geographical coverage produk ini. Supplier power, seperti merek, reputasi dari bisnis dan produk, serta pelayanan terhadap pelanggan juga harus sangat diperhatikan.

Untuk produk dan technology development harus bermain di kualitas produk. Pelajari selera target pasar (fashion dan trends), dan harga harus mampu bersaing. Struktur biaya tidak boleh menekankan upah buruh semurah mungkin tapi lebih karena efisien dan efektivitas mengelola bisnis. Apakah mampu bersaing dengan desain yang bagus, merupakan pertanyaan yang harus dijawab setiap waktunya agar awareness terhadap pesaing (competitive rivalry) harus tetap menjadi nadi bisnis di zaman innovation economics ini.

Kunci sukses: pola pikir yang luas dalam melihat peluang yang ada, serta keuletan dalam mengubah tantangan menjadi sebuah peluang.

Waroeng Steak and Shake

Hasil gambar untuk Waroeng Steak and Shake

Jody Brotosuseno bersama istrinya Siti Hariani merasakan jatuh bangunnya berwirausaha, karena modal terbatas yang dimilikinya. Kendati ayahnya pemilik jaringan restoran Obonk Steak and Ribs, namun Jody, yang bekerja di restoran ayahnya itu, tidak mendapatkan perlakuan istimewa, gaji yang didapat sama dengan karyawan lainnya. Sejak menikah dengan Siti Hariani atau Aniek, Jody bertekad mandiri pada tahun 1998. Gaji yang pas-pasan telah membulatkan tekad mereka untuk berwirausaha, bahkan ia rela meninggalkan bangku kuliah yang sudah dijalaninya selama 7 semester. Sambil bekerja di Obonk,

Jody mencoba berbagai usaha, mulai dari berjualan aneka makanan, seperti susu segar, roti bakar, dan jus buah. Namun, usahanya berhenti karena peralatannya banyak diambil orang. Pada Pemilu 1999, jumlah partai membengkak dari 3 menjadi 48 partai. Peluang tersebut dia manfaatkan dengan berjualan kaos berlambang partai politik. Anak pertama mereka yang lahir selepas Pemilu menambah kebutuhan keluarga. Akhirnya mereka memutuskan berjualan steak, namun dengan konsep yang berbeda denga Obonk. Modal yang terbatas membuat Jody menjual motor untuk memulai usaha. Mahasiswa dan pelajar dipilih sebagai target pasar, dengan merek usaha Waroeng Steak. Mereka memulai berdua tanpa ada karyawan.

Di awal merintis usaha tidaklah langsung ramai, bahkan pernah suatu hari pendapat bersihnya hanya Rp30.000,00. Tidak putus asa, Jody menerima masukan pelanggannya agar warungnya lebih disukai. Jody membuat spanduk besar dengan warna mencolok di depan gerai usahanya. Dicantumkannya harga murah untuk mengundang masyarakat yang menganggap stik sebagai makanan mahal. Selain itu, ia juga mempromosikannya lewat selebaran.

Kini, ia mengelola 50 gerai dengan omzet rata-rata sekitar Rp500 juta per bulan. Namun tidak semua dinikmati sendiri oleh Jody. Salah satu gerai di kawasan Gejayan, Yogyakarta, didedikasikan untuk membiayai Rumah Tahfidz, pesantren penghapal Al-Quran dengan santri hampir 2.000 orang. Masih ada 6 Rumah Tahfidz lainnya yang dibiayai oleh keuntungan unit usaha lainnya. Jody, yang tampak selalu bersahaja dan merendah, membangun bisnisnya dengan kerja keras, bukan warisan, hingga akhirnya mengubah jalan hidupnya dari calon arsitek menjadi Raja Stik.

Salah satu hal yang menarik dari Waroeng Steak (WS) adalah identitas branding WS dengan logo bernuansa kuning hitam. Warna memiliki pesan dan kekuatan yang dapat mencitrakan karakteristik perusahaan.

Kunci sukses: bersikap terbuka dalam menerima kritikan dan saran untuk terus memperbaiki kekurangan yang ada, terutama dalam meningkatakan perusahaan WS.

Rabbani

Hasil gambar untuk rabbani

Berawal dari menjual buku-buku islami, kini Amry Gunawan dikenal sebagai profesor kerudung instan. Amry Gunawan menikahi istrinya ketika usia 22 tahun, saat masih berkuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad). Usahanya berawal dari menjual buku-buku islami di depan kampus Unpad yang berasal dari pinjaman dan gaji sebagai guru mengaji sebesar Rp60 ribu. Sukses menjual buku di depan Unpad, Amry mengubah sebagian rumah kontrakannya menjadi toko buku. Usaha makin berkembang dengan membuka toko sendiri di jalan Dipati Ukur yang diberi nama Pustaka Rabbani.

Ia pun meninggalkan kuliah sastra Arabnya, untuk fokus pada bisnisnya. Pada tahun keempat menjalankan bisnisnya, ia banting stir berbisnis kerudung. Larangan menggunakan jilbab untuk instansi formal pemerintahan, khususnya pendidikan dan perkantoran, membuatnya berfikir akan adanya peluang. Jika semakin dilarang maka semakin penasaran, pikirnya. Dari sinilah ia mulai membuka usaha kerudung dibantu istrinya. Dia memberhentikan 30 orang karyawan yang tidak siap memulai usaha dari nol, dan menjual toko bukunya untuk modal usaha. Untuk memulai bidang usaha barunya itu, bahkan istrinya rela menggadaikan 5 gram emas mahar perkawinan mereka. Di bawah CV Rabbani Asysa, mereka fokus pada kerudung instan yang diinspirasi saat mereka berkunjung ke

Tanah Suci pada tahun 2003. Di sana, sang istri melihat wanita muslim Cina mengenakan kerudung kreasi, dan dari sanalah ide itu muncul. Kemudahan dalam produksi kerudung instan membuatnya mudah untuk ditiru. Menyiasati hal tersebut, ada tim khusus yang menangani inovasi dan pengembangan desain baru. Bahkan, Rabbani mampu mengeluarkan model baru tiap tiga bulan sekali. Ada sekitar 35 ribu kerudung untuk 120 outlet yang tersebat di seluruh Indonesia.

David Teece dalam papernya “Profiting from Technological Innovation” (1986) menjelaskan, bahwa terdapat dua faktor yang memengaruhi kompetisi perusahaan dalam berinovasi, yaitu imitabilitas (kemampuan untuk menduplikasi) dan aset pendukung. Industri fashion banyak berkaitan dengan inovasi dan kreativitas, khususnya dalam mengeluarkan produk yang sesuai dengan selera pasar. Model Tecce digunakan untuk memprediksi siapa yang mendapat keuntungan dari aktivitas inovasi, juga untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki insentif untuk berinvestasi pada tingkat inovasi tertentu. Termasuk dalam determinan kinerja perusahaan adalah intangible asset, seperti keahlian di bidang teknologi maupun manajerial. Menurutnya, pemenang persaingan adalah perusahaan yang menunjukkan ketepatan dalam waktu untuk melakukan inovasi dengan cepat dan fleksibel. Kesuksesan Rabbani tidak terlepas dari keseriusan membentuk tim pengembangan dan inovasi, khususnya dalam mengeluarkan produk-produk terbaru.

Kunci sukses: melakukan inovasi produk baik dalam model maupun variasi produk serta pemahaman yang baik dalam menentukan kebutuhan pasar

Tip Top

Hasil gambar untuk tip top

Rusman Maamoer, pria yang lahir di Padang tahun 1933, sedari kecil dididik oleh orang tuanya untuk berdagang dengan ajaran Islam yang ketat, termasuk akhlak dalam berdagang. Suatu saat, ayahnya tanpa sadar kurang mengembalikan uang pembeli, tapi si pembeli diam saja dan berlalu. Namun, oleh ayahnya lekas dipanggil dan dikembalikan uang si pembeli tersebut. Rusman kecil bertanya kepada ayahnya kenapa dikembalikan uangnya itu, padahal si pembeli itu tidak tahu. “Allah Maha Tahu,” jawab ayahnya. Kejadian itu lantas membekas di hati Rusman Maamoer.

Sewaktu berusia 11 tahun, Rusman diberi Ayahnya uang dan berujar, “Kamu mau dagang apa, terserah.” Setiap pulang berdagang, Rusman melaporkan pendapatannya kepada Ayahnya, lantas laporan tersebut ditanggapi dengan baik. Ketika itu, ia menjual kelapa yang dibelinya dari rumah penduduk untuk dijualnya ke pasar dengan jarak tempuh sampai 10 km. Selepas kuliah dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan bekerja sebagai Direktur BPD pada tahun 1967, Rusman menekuni berbagai bidang usaha, hingga sepuluh tahun kemudian mencoba bisnis properti kecil-kecilan, namun dia sadar bahwa usaha itu tidak dapat dikembang lagi. Di tahun 1978, Rusman memutuskan keliling Eropa untuk melakukan “studi banding”, mencari peluang usaha yang dapat dikembangkan, hingga akhirnya menemukan bahwa hal pokok yang dibutuhkan manusia adalah sandang dan pangan.

Menurutnya, siapapun yang bergerak di bidang usaha tersebut, asalkan mempraktekkan teori-teori yang benar, dapat berkembang. Setahun kemudian, mulailah ia membuka minimarket Tip Top di Rawamangun, dengan luas lantai 400 m2 . Kebutuhan minimarket dipenuhi dengan membelinya langsung ke pasar-pasar tradisional selama 2 tahun. Hal ini membuatnya mengerti perputaran arus barang mulai dari bawah. Sejak awal, Rusman memastikan bahwa usaha Tip Top-nya berdasarkan prinsip-prinsip Islami. Bukan hanya tidak menjual daging babi dan minuman keras, tetapi juga selektif memilih barang. Misal, daging sapi atau ayam, kalau harganya terlalu murah atau tidak jelas apakah dipotong sesuai dengan Islam atau tidak, maka akan ditolaknya. Jadi, barang yang tidak jelas asal usulnya tidak diterima.

Tempat pemotongan hewannya pun dilihat langsung, untuk memastikan bahwa barang yang dijual halal dan thoyyib. Perintah Nabi untuk berdagang dan berusaha, diikutinya. Nabi Muhammad berdagang sesuai dengan hati nurani, tidak mau menipu, mencelakakan atau menganiaya orang lain. Karena itu, bagi Rusman, cukup mengambil untung 2 atau 3 persen jangan sampai 5 atau 10 persen. Menurutnya, prinsip dalam Islam untuk mencari pendapatan cukup diri. Walau barangnya halal namun kalau harganya mahal, tidak baik bagi Islam maupun dirinya. Pada Juni 1991, terjadi musibah kebakaran yang membumihanguskan usaha Tip Top. Pagi hari, ketika karyawan berdatangan, mereka terkejut dan bersedih, bahkan menangis. Di hadapan mereka Rusman mengatakan, “Kita sedang dicoba oleh Allah, apakah mampu atau tidak kita melewatinya. Kalau mampu, kita akan ‘naik kelas’.

Kalau tidak, malah akan ditutup segala pintu rizki oleh Allah.” Tanpa diduga, pihak Pemda mendukung berdirinya Tip Top kembali, bahkan menyantuni 200 karyawan yang menggantungkan hidupnya pada Tip Top. Kemudahan memperoleh pinjaman dalam jumlah sangat besar membantunya membangun Tip Top kembali. Walau ketika terjadi kebakaran Tip Top memiliki total utang Rp 2 miliar lebih, namun mereka tetap percaya untuk mensuplai dengan barang-barang baru. Hingga akhirnya, pada Februari 1992, semua utang kepada suplier berhasil terbayarkan. Pada tahun 1992, ada tawaran sebidang tanah seluas 2 hektar di Bogor dan dibelinya. Pada tahun berikutnya, didirikan Panti Yatim Piatu. Sedangkan pada tahun yang sama, Tip Top dapat membuka cabang baru. Sikap jujur diutamakan kepada suplier maupun konsumen. Pernah ada seorang pembeli yang mengeluhkan harga barang yang dijual. Menurutnya, harga di tempat lain lebih murah. Setelah diperiksa ternyata memang lebih murah, selisih harganya pun dikembalikan kepada pembeli tersebut.

Kunci sukses: sikap pantang menyerah dan kejujuran yang diterapkan dalam usaha Tip Top.





Demikianlah Artikel Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story

Sekianlah artikel Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Sociopreneur and Islamic Entrepreneurship Start Up Business Success Story dengan alamat link https://waktunyaberbisnisonline.blogspot.com/2016/10/sociopreneur-and-islamic.html